21314104
Berdasarkan
Perda No. 9 Tahun 1999 Tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Lingkungan dan Cagar
Budaya, bangunan cagar budaya dari segi arsitektur maupun sejarahnya dibagi
dalam 3 (tiga) golongan, yaitu :
· - Pemugaran Bangunan Cagar Budaya Golongan
A
· -Pemugaran Bangunan Cagar Budaya Golongan
B
· -Pemugaran Bangunan Cagar Budaya Golongan
C
1. Pemugaran Bangunan
Cagar Budaya Golongan A
Bangunan
dilarang dibongkar dan atau diubah
Apabila
kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar atau tidak layak tegak dapat
dilakukan pembongkaran untuk dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengan
aslinya.
Pemeliharaan
dan perawatan bangunan harus menggunakan bahan yang sama / sejenis atau
memiliki karakter yang sama, dengan mempertahankan detail ornamen bangunan yang
telah ada
Dalam
upaya revitalisasi dimungkinkan adanya penyesuaian / perubahan fungsi sesuai
rencana kota yang berlaku tanpa mengubah bentuk bangunan aslinya
Di
dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan adanya bangunan
tambahan yang menjadi satu kesatuan yang utuh dengan bangunan utama
2. Pemugaran Bangunan
Cagar Budaya Golongan B
Bangunan
dilarang dibongkar secara sengaja, dan apabila kondisi fisik bangunan buruk,
roboh, terbakar atau tidak layak tegak dapat dilakukan pembongkaran untuk
dibangun kembali sama seperti semula sesuai dengan aslinya
Pemeliharan
dan perawatan bangunan harus dilakukan tanpa mengubah pola tampak depan, atap,
dan warna, serta dengan mempertahankan detail dan ornamen bangunan yang
penting.
Dalam
upaya rehabilitasi dan revitalisasi dimungkinkan adanya perubahan tata ruang
dalam asalkan tidak mengubah struktur utama bangunan
Di
dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan adanya bangunan
tambahan yang menjadi satu kesatuan yang utuh dengan bangunan utama
3. Pemugaran Bangunan
Cagar Budaya Golongan C
Perubahan
bangunan dapat dilakukan dengan tetap mempertahankan pola tampak muka,
arsitektur utama dan bentuk atap bangunan
Detail
ornamen dan bahan bangunan disesuaikan dengan arsitektur bangunan disekitarnya
dalam keserasian lingkungan
Penambahan
Bangunan di dalam perpetakan atau persil hanya dapat dilakukan di belakang
bangunan cagar budaya yang harus sesuai dengan arsitektur bangunan cagar budaya
dalam keserasian lingkungan.
Fungsi bangunan dapat
diubah sesuai dengan rencana Kota
KRITERIA DAN TOLAK UKUR BANGUNAN PEMUGARAN
a) Nilai sejarah
b) Usia / Umur Lingkungan
c) Keaslian
d) Kelangkaan
e) Tengeran / Landmark
f) Arsitektur
Contoh bangunan
Golongan
A
Gambar 1. Bank Tabungan Negara
sumber: google.image
NamaBangunan Baru : Bank Tabungan Negara Harmoni
Nama Bangunan Lama : Postpaarbank
Alamat : Jln
Gajah Mada No. 1 Kel. Petojo Utara
Wilayah : Kec.
Gambir, Jakarta Pusat (Jakarta 10130)
Arsitektur : Gaya Nieuwe Kunst.
Arsitek : Ir. J. van Gendt.
Pemilik : PT. Bank
Tabungan Negara
Keterangan Ringkas :
Dibangun
pada tahun 1930, diatas bekas lokasi Pos Keamanan “Rijswijk”, sekarang
dipergunakan sebagai Gedung Bank Tabungan Negara (BTN), kelompok gedung ini
sebagian sudah dibongkar dan yang dipertahankan hanya bagian depannya,
digunakan sebagai museum BTN. Bagian bangunan yang menjadi bangunan cagar
budaya adalah gedung yang lama (Museum BTN).
Gambar 2. Gereka Koinoia
sumber: google.image
Nama Bangunan Baru : Gereja Koinonia
ama Bangunan Lama : Gereja Bethel / De Betelkerk
Alamat : Jl.
Matraman Raya 126 Kel. Balimester Kecamatan
Jatinegara Jakarta Timur (Jakarta 13310)
Pemilik : Yayasan
Gereja Koinonia
Arsitektur : Historik Belanda Modern
Keterangan Ringkas :
Dibangun
pada tahun 1911-1916. Koinonia berarti “Persekutuan” (bahasa Ibrani). Kompleks
gereja yang berada di ujung Jalan Matraman ini merupakan gereja pertama di
Kawasan Timur Batavia, saat Meester Cornelis membuka kawasan ini (1881-1918).
Gereja ini didirikan setelah seorang mantan Ketua Mahkamah Tinggi Pemerintah
Kolonial Belanda marah besar dan merasa tidak setuju dengan khotbah seorang
pendeta ultra liberal pada perayaan Paskah awal 1900-an di Gereja Emmanuel yang
saat itu masih bernama Willems Kerk. Atap gereja Bethel ini sudah tidak asli
lagi, arsitekturnya bergaya vernacular, penerapan gable Belanda dan penerapan
salib Yunani pada pediment tympanium. Denah gereja dipengaruhi aturan
geometrik. Bentuk segi empatnya dibagi tepat menjadi sembilan bagian, dimana
empat sudut terluar berfungsi sebagai ruang tangga, sehingga bagian dalam
gereja berbentuk salib simetri. Ruang-ruang tangga dari luar terlihat seperti
menara.
Gambar 3. Bank Bukopin
sumber: google.image
Nama Bangunan Baru : Bank Bukopin
Nama Bangunan Lama : Instantiewoning KJCPL – Inter Ocean
Lines
Alamat : Jl.
Wijaya IX No. 1 Kel. Melawai Kec. Kebayoran Baru Jakarta Selatan (Jakarta 12160)
Pemilik :
– KJCPL Inter Ocean Lines
–
Bank Bukopin
Arsitektur : Villa Modern
Tipe Kopel/ Kembar.
Arsitek : KJCPL-Inter Ocean Lines
Keterangan Ringkas :
Dibangun
pada tahun 1950-an. Rencana pembangunan Kebayoran Baru seluas 730 ha disetujui
dan disahkan oleh pemerintah pada tanggal 21 September 1948 guna mengatasi
pertambahan penduduk yang dramatis dari 823,000 pada tahun 1948 menjadi
1,782,000 pada tahun 1952. Kebayoran Baru dimaksudkan sebagai “kota satelit”
yang terpisahkan 8 km sebelah Selatan-Barat daya dari pusat kota Jakarta dan
dikelilingi sabuk hijau (green belt) yang terdiri dari Kali Grogol di Barat dan
Kali Krukut di Timur, serta Kompleks Gelora Bung Karno di Utara, tempat Masjid
Agung Al-Azhar dan Departemen Pekerjaan Umum. Sarana lengkap yang tersedia
antara lain, Pasar Santa, Pasar Mayestik, STM Penerbangan, serta kuburan Blok P
yang sekarang menjadi Kantor Walikotamadya Jakarta Selatan yang baru. Kebayoran
Baru memiliki konsistensi hirarki jalan dan pengelompokkan lingkungan hunian
yang mengelilingi taman hijau. Dibangun sekitar tahun 1950an oleh kontraktor
NEDAM sebagai runah tinggal bagi karyawan KJCPL-Inter Ocean Lines. Bangunan ini
sekarang berubah fungsi sebagian menjadi Bank BUKOPIN, sebagian lagi menjadi
optic dan Bank Permata.Gayaarsitektur rumah-rumah di kawasan ini merupakan ciri
khasgayaarsitektur modern yang menggunakan teknologi dan bahan bangunan yang
baru pada masa itu. Rumah-rumah tersebut dibuat sangat memperhatikan sistem
pengudaraan, dengan mengaplikasikan pengetahuan modern tentang ventilasi.
Sehingga menambah kenyamanan dalam iklim tropis yang lembab. Bangunan ini
sebenarnya merupakan satu kesatuan dengan bangunan lain disebelah kiri dan
kanannya. Dibuat sepanjang blok dimana bagian yang terletak disudut dibuat dua
lantai dengan aksen ruang lengkung pada sudutnya. Sistem pengudaraan dibuat
sangat baik dengan penempatan lubang-lubang ventilasi diatas jendela.
Golongan B
Gambar 4. Makan Ade Irma Nasution
sumber: google.image
Nama Bangunan Baru : Makam Ade Irma Nasution
Nama Bangunan Lama : Makam Ade Irma Nasution
Alamat : Jl.
Prapanca kel Pulo Kec. Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Pemilik : Keluarga
Alm Jendral A.H. Nasution
Arsitektur : Bangunan MakamIndonesia
Keterangan Ringkas :
Bangunan
makam ini menjadi simbol sejarah penghianatan G. 30 S. PKI dimana Ade Irma
Suryani Nasution menjadi korban penembakan oleh para penculik yang hendak
menculik Jenderal Nasution pada peristiwa pemberontakan G-30-S/PKI pada tanggal
30 September 1965.
Gambar 5. Makam Pangeran Jagakarsa
sumber: google.image
Nama Bangunan Baru : Makam pangeran Jagakarsa
(Jagaraksa)
Nama Bangunan Lama : Makam Pangeran Jagakarsa
(Jagaraksa)
Alamat : Jl.
Belimbing Kelurahan Jagakarsa Kecamatan
Jagakarsa Jakarta Selatan
Arsitektur : Gaya
Indonesia
Keterangan Ringkas :
Bangunan
makam ini dibangun sekitar abad 17 pada periode transisi inggris merupakan
makam tokoh pejuang melawan kompeni dan juga tokoh pendiri kampung jagakarsa
makam ini dikeramatkan oleh masyarakat setempat dan sering diziarahi setiap
bulan maulid makam diarea makam ini dipergelarkan wayang kulit Betawi.
Gambar 6. Canisius Collage
sumber: google.image
NamaBangunan Baru :CanisiusCollege
Nama Bangunan Lama : CanisiusCollege HBS
Alamat : Jl
Menteng Raya no. 40 – 44 Kel. Kebon Sirih
Wilayah : Kec.
Menteng Jakarta Pusat (Jakarta 10340)
Pemilik : – CanisiusCollege
– Yayasan Budi
Arsitektur : Eklektik
Romantik dan Modern.
Keterangan Ringkas :
Dibangun
pada sekitar tahun 1927an. Pada awal abad 20, sudah ada asrama Pastor dari ordo
Jesuit dan kapel kecil disini, kemudian berkembang menyelenggarakan pendidikan
mulai tahun 1927. Pada masa tersebut, pendidikan pada sekolah ini adalah
setingkat HBS.Masa bangunan terdiri dari dua lantai yang dibuat memanjang
mengelilingi dua buah ruang terbuka yang terletak pada bagian tengah.Kini
bagian depan dari bangunan lama tersebut dibongkar dan digantikan oleh bangunan
baru.
Golongan
C
Gambar 7. British Institute
sumber: google.image
Nama Bangunan Lama : British Institute
Nama Bangunan Baru : Heritage Factory Outlet –Bandung
Alamat : Jl Martadinata
No 63, Bandung
Keterangan Ringkas :
Sebuah
bangunan dengan arsitektur art deco khas bangunan peninggalan zaman kolonial
berdiri di Jl Martadinata No 63. Bangunan megah berpilar besar dengan cat warna
putih ini kini menjadi salah satu factory outlet ternama di kota Bandung.
Heritage
factory outlet, bangunan ini bekas gedung British Institute ini dibangun di
tahun 1895-1900 dengan gaya arsitektur Belanda Klasik dengan kolom doriknya
yang khas. Namun sampai saat ini arsitek yang merancang bangunan ini belum
diketahui.
Bangunan
ini merupakan bangunan bekas rumah dinas direktur Gouvernements Bedrijven (GB)
yang sekarang disebut Gedung Sate. Selain bangunan ini antik, langka, dan indah
juga merupakan satu-satunya bangunan yang memiliki gaya arsitektur klasik yang
masih utuh. Pilar ioniknya yang anggun menjadi ciri khas yang memperlihatkan
nilai arsitektur yang tinggi.
Bangunan
Heritage Factory Outlet satu dari bangunan cagar budaya yang dilindungi dan
dilestarikan keberadaannya di kota Bandung. Di dalam bangunan Heritage sendiri
memiliki jalur yang menghubungkan Heritage dengan FO yang berada di sebelahnya,
Cascade yang memiliki konsep arsitektur bergaya modern.
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa konservasi arsitektur dapat digolongan menjadi beberapa kelas, tentunya berdasarkan skala serta klasifikasi tertentu. Dan sebagian besar bangunan konservasi memiliki fungsi yang baru baik itu yang masih berkaitan dengan fungsi lama ataupun memiliki fungsi yang baru menyesuaikan perkembangan zaman.
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa konservasi arsitektur dapat digolongan menjadi beberapa kelas, tentunya berdasarkan skala serta klasifikasi tertentu. Dan sebagian besar bangunan konservasi memiliki fungsi yang baru baik itu yang masih berkaitan dengan fungsi lama ataupun memiliki fungsi yang baru menyesuaikan perkembangan zaman.
Daftar Pustaka :
https://issuu.com/anugrahramadhan/docs/konservasi_arsitektur_
https://www.academia.edu/6837942/KONSERVASI_BANGUNAN_TUA-BERSEJARAH
https://images.google.com/?gws_rd=ssl